Social Icons

Jumat, 05 September 2014

Jembatan Siti Nurbaya dan Jagungnya


Senin, 31/03/2014 15:45 WIB | Oleh : Mukhtar Syafi'i
Banyak cara dilakukan untuk meghilangkan rasa penat setelah seharian bergelut mencari nafkah maupun menjalankan kewajiban. Tanpa hiburan tidak sedikit dari kita yang terbawa stres sehingga berdampak buruk pada orang lain. Salah satu cara menghibur diri adalah berkunjung ke tempat wisata-wisata sekeliling kita.

Sore itu Kota Padang masih terlihat keabu-abuan, hal tersebut disebabkan karena musibah asap Riau yang belum juga kunjung usai. Peristiwa itu tidak menyurutkan niat sebagian masyarakat kota dengan julukan “kota bengkoang” itu untuk refresing. Kabut belum begitu pekat, sinar matahari masih terpancar dari lubang sela gumpalan awan, cahaya sang mentari memantul ke sungai Batang Arau Kampung Cina di bawah Jembatan Siti Nurbaya saat itu.

Siapa yang tidak tahu dengan jembatan Siti Nurbaya, jembatan yang memiliki sejarah legendaris itu sudah menjadi tempat wisata favorit bagi masyarakat Kota Padang maupun bagi orang luar Kota Padang. Mengapa tidak, selain memiliki sejarah yang terkenal di sekitar jembatan itu memiliki pemandangan yang indah.

Para pedagang mulai berdatangan membentangkan lapak jagung bakar dan pisang panggangnya. Senja semakin mendekat dan mereka mulai mengipas bara pembakar jagung dan pisang mereka. Pengunjungpun mulai berdatangan dari berbagai sudut Kota Padang. Mencari tempat duduk dengan posisi wenak (PW), tempat duduk yang bisa melihat lepas pemandangan di sekeliling jembatan Siti Nurbaya. Kapal nelayan berbaris rapi di sepanjang Sungai Arau Kampung Cina itu, ditambah dengan bangunan tua zaman Belanda yang berdiri tegak di pemukiman masyarakat.

Tidak sedikit dari pengunjung yang menjadikan jembatan Siti Nurbaya sebagai penghilang penat. Kenikmatan jagung bakar iris dan pisang pangang di senja itu menambah keharmonisan canda tawa pengunjung. Hanya mengelurkan uang Rp 6000.- jagung bakar dengan rasa pedas manis bisa dinikmati. “Dalam satu bulan kita meraih omset sekitar Rp 3.000.000,-,” ujar Mei Mei salah seorang pedagang jagung bakar.

“Pada hari libur penghasilan lebih dari itu dan alhamdulilah bisa mencukupi kebutuhan hidup,’’ ujarnya.

Membuat jagung bakar iris sangat sederhana, berbincang dengan Mei Mei, ia juga menjelaskan cara membuat jagung bakar tersebut, jagung dibakar lima menit setelah itu dioleskan dengan bumbu yang telah disediakan, kemudian jagung diiris dan disajikan diatas piring. “Setelah diiris jagung dituang saus supaya rasanya pedas-pedas manis ala Siti Nurbaya terasa,” ujar Mei sambil membakar dan mengipas jagung pesanan konsumennya.

Ia memaparkan, untuk mendapatkan bahan seperti jagung dan pisang, langsung diantar oleh toke kerumahnya. “Saya telepon aja tokenya lalu dia yang mengantarkan jagung dan pisang ke rumah saya,’’ jelas Mei Mei.

“Saya mulai berjualan semenjak jembatan ini berdiri tahun 2006, terlihat waktu itu ada peluang bisnis,” tutup Mei Mei.

Matahari mulai menghilang di sudut Kota Padang haripun mulai kelam, pengunjung semakin ramai mendatangi jembatan sepanjang 500 meter itu. Tidak sedikit dari pengunjung yang membawa keluarganya untuk menikmati eksotisme pemadangan di sekeliling jembatan Siti Nurbaya. Jagung bakar iris yang saya nikmati menemani kegembiraan sore itu. Beban masalah hilang pada senja itu.

Salah seorang pengunjung merasa di jembatan tersebut ia dapat menghilangkan kejenuhannya di kala kesibukan bekerja pada pagi dan siang hari. “Saya merasa nyaman ketika sore hari berada di jembatan ini, di sini saya dapat melihat pemandangan alam serta melihat segala aktifitas nelayan yang pulang mencari ikan,” ujar pengunjung yang akrab disapa Anton ini.

Di sisi lain, sambil menikmati pemandangan Anton mengharapkan agar Sungai Batang Arau yang kotor dan dangkal ini dapat dinormalisasi dan dibersihkan. “Tak bagus jika pemandangan gunung yang tinggi indah dihiasi dengan sungai yang kotor, ini seharusnya dibersihkan,’’ harapnya sambil mengawasi kedua anaknya yang sedang bermain di tepian jembatan.

Hari semakin malam, lampu-lampu rumah warga ikut menghiasi tebing di tepi sungai Arau itu. Tidak ingin rasanya pergi terlalu cepat, jagung bakar dinikmati secara perlahan. Dari jembatan ini kita juga bisa melihat dari kejauhan Gunung Padang tempat pemakaman Siti Nurbaya dan Samsul Bahri.

Susunan lampu di sepanjang  jembatan itu tidak bisa ditinggalkan karena keindahannya. Rugi rasanya kalau sudah ke Padang tapi tidak mampir ke jembatan Siti Nurbaya, di hari libur jembatan ini tidak hanya dikunjungi wisatawan lokal tapi juga dikunjungi wisatawan mancanegara. Dari pusat Kota Padang kita hanya membutuhkan waktu 40 menit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar